Jumat, 06 Mei 2011

Mengapa Bunuh Diri Itu DOSA...????

Sekarang, Anda mungkin sudah mampu meraba, mengapa pada poin ini saya ingin berbicara tentang orang-orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidup dengan cara melakukan bunuh diri. Anda akan menyadari bahwa bunuh diri itu merupakan cara dari orang-orang yang merasa gagal dalam hidupnya, sehingga mereka tidak menemukan jalan lain kecuali mengakhiri jalan hidupnya sendiri.
Bayangkan ada orang yang merasa gagal dalam berbagai hal. Istrinya selingkuh, anak-anaknya nakal, pekerjaan tidak ada, sedangkan tuntutan kebutuhan semakin menjadi-jadi. Apa yang paling enak dilakukan dari orang yang demikian ini? Tiada yang lain kecuali mati. Ya, entah dengan cara menjerat leher dengan sarung pada sebatang pohon, memotong urat nadi, atau meminum obat nyamuk. Mungkin anda pernah mendengar anak yang bunuh diri sebab ia sering diejek teman-temannya. Anda mungkin juga pernah membaca berita tentang seorang laki-laki yang membunuh istri dan anak-anaknya karena stress. Semua contoh ini menunjukkan adanya orang yang tidak sangup untuk melawan tututan hidup, mencari jalan pintas, memerdekakan jiwanya dari berbagai tuntutan, dan berakhir dengan cara membunuh atau bunuh diri.
Dalam pandangan Islam, bunuh diri itu merupakan dosa besar, apa pun alasan bunuh diri tersebut dan bagaimanapun modus operandinya. Bunuh diri merupakan cara membunuh yang tidak benar, terhadap subjek yang tidak benar pula. Pertanyaannya, mengapa bunuh diri itu dosa (diharamkan)?
Cobalah pelajari orang yang bermaksud bunuh diri, atau lihalah sebab-sebab orang yang bunuh diri. Semua sebab yang dilakukan untuk bunuh diri menunjukkan kegagalan, kekalahan, dan kebangkrutan orang yang bunuh diri itu sendiri. Ia tidak sanggup untuk menghadapi berbagai tuntutan hidup. Ia merasa sering gagal dalam hidup. Ia merasa dijahui dari semua orang di dunia ini. Ia merasa tidak ada jalan lain untuk mencapai apa yang diharapkan dan apa yang diinginkan. Ia menjadi sedih, kecewa, dan putuh asa. Semakin berganti hari, rasa sedih, kecewa, dan putus asa itu semakin besar. Pikirannya mulai kacau. Akal sehatnya menjadi lenyap. Hawa nafsunya terus membisiki. Hawa nafsu tersebut seakan berkata-kata, ”kamu ingin bebas dari semua ini? Kamu ingin merdeka dari beban-beban hidup yang membelenggumu? Dan kamu ingin terus melihat kegagalan, kekalahan, dan kebagkrutan hidupnya? Bunuh diri saja! Bunuhlah dirimu. Bebaskan jiwamu dari semua masalah, dari semua tekanan. Bebaslah. Bunuhlah dirimu sendiri…!”
Al-Qur’an memberikan stigma orang-orang yang demikian itu sebagai orang yang merugi:

Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi. (QS Al-Maidah [5]:30)

Dan juga firmannya:

Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (QS Al-An’aam [6]: 140)
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka gembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS At-Taubah [9]: 111)

Sering terjadi bahwa ketika seorang sudah sampai pada keputusan yang tinggi, kesedihan, dan kekecewaan, maka jiwanya dikuasai oleh nafsu yang disebut kenekatan untuk segera mengakhiri hidupnya sendiri. Kalau toh kemudian ia merasa takut bunuh diri, orang yang demikian ini tidak segan-segan membunuh seseorang yang dianggapnya sebagai beban atau penghalang dirinya. Seperti inilah penjelasan yang bisa kita simpulkan dan orang yang melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain dengan batil. Agama mengatakan bahwa orang-orang yang demikian ini adalah orang yang merugi, yakni rugi di negeri akhirat.
Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa bunuh diri merupakan jalan untuk meringankan beban hidup yang yang ditinggalkan. Anggapan seperti ini tidak betul. Justru ketika Anda melakukan bunuh diri, berarti Anda semakin meninggalkan-dan meninggalkan untuk selama-lamanya tanggung jawab Anda kepada keluarga Anda, jika Anda telah berkeluarga. Setidak-tidaknya, jika Anda tidak melakukan bunuh diri, Anda masih memiliki kesempatan untuk memecahkan beban yang anda pikul, betapapun berat dan susahnya.
Bunuh diri menjadi perbuatan yang diharamkan, atau menjadi perbuatan dosa karena tindakan ini bertentangan dengan banyak hal. Yang paling besar adalah ia bertentangan dengan kewajiban untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT, yakni nikmat berupa hidup. Jangankan agama, deklarasi universal manusia sendiri menyatakan bahwa hidup merupakan hak; atau, salah satu hak mendasar yang dimiliki manusia adalah hak untuk hidup. Membunuh berarti melanggar hak. Membunuh dirinya sendiri berarti juga demikian.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, tak ada kesulitan yang sesungguhnya tidak bisa dipecahkan. Tak ada beban yang tidak bisa dipikul. Bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Ketika Anda merasa tidak sanggup memikul beban, tanggung jawab, atau kesulitan, sebenarnya Anda membutuhkan sedikit lagi kecerdasan untuk mencari kemudahan di balik kesulitan, beban dan tanggung jawab tersebut.
Tetapi, nafsu sudah menguasai Anda. Nafsu membuat hati dan akal Anda gelap gulita. Anda sudah menyerah terlebih dahulu. Ketika sebenarnya Anda tengah membutuhkan semangat, justru Anda menarik diri dari kebutuhan itu dan membuat diri Anda sendiri putus asa. Sedikit lagi Anda sesungguhnya akan mencapai harapan Anda, tetapi Anda sudah kadung menarik diri menjadi orang yang kecewa.
Kekecewaan dan keputusaasaan Anda akan semakin menjadi-jadi manakala Anda memikirkan tentang mati. Anda merasa tidak mati-mati, sedangkan beban Anda semakin berat saja. Anda tidak kuat dan tidak sanggup menerima bayangan-bayangan yang mengerikan dan menakutkan terhadap nasib masa depan Anda sendiri, nasib orang-orang yang Anda cintai. Pikirkan Anda semakin gelap. Hati anda kacau-balu. Jiwa Anda sudah dikendalikan Iblis. Pada saat itulah, dengan mudahnya Iblis berbisik dalam hati Anda, “Bunuh diri adalah jalan yang terbaik bagi hidupmu!”
Sampai di sini, menjadi jelas bahwa dihadapkan pada kemestian kematian yang sebenarnya dalam hubungannya dengan kehidupan, sebagian besar orang terbagi menjadi dua, yakni:
• Orang yang terus-menerus disibukkan untuk menumpuk-numpuk harta dan kekayaan dengan alasan agar nanti ketika mati, orang-orang yang dicintainya, keluarganya, atau orang-orang yang berada dalam tanggungannya tidak mengalami kemiskinan penderitaan. Termasuk orang yang demikian ini adalah orang-orang yang tergila-gila dengan kehormatan sehingga ketika ia telah mati, namanya selalu dikenang-kenang dan disebut-sebut.
• Orang yang menarik diri dengan berselimutkan kekecewaan dan keputusan yang menggila, sehingga ia mengambil langkah bunuh diri sebagai cara untuk terbebas dari belenggu kehidupan.

Jenis orang yang pertama maupun orang yang kedua adalah orang yang akan merugi. Mereka juga termasuk orang-orang yang gagal, bangkrut, dan kalah terhadap kehidupan dunia itu sendiri. Yang satu merasa bahwa ia harus berbuat yang terbaik bagi orang-orang yang ditingalkannya, sehingga ketika ia baru akan sampai ke liang kubur, ia masih sibuk dengan mengumpulkan harta dan kekayaan. Adapun yang satunya, ia telah menggali lubang kuburnya sendiri, mematikan hidupnya sendiri, tidak mensyukuri nikmat Allah, dan nafsu menjeratnya dalam keputusasaan dan kekecewaan yang menggunung. Pada tingkat manusiawi, kedua-duanya sama rusak. Dan pada tingkat ukhrawi, kedua-duanya akan masuk kedalam neraka.


sumber : Berani hidup siap mati's book

1 komentar: